Danau Lingkat berada di Desa Lempur Kecamatan Gunung Raya, Kerinci, Jambi. Danau seluas lebih kurang 12 hektar ini berada pada ketinggian 1.100 meter diatas permukaan laut (mdpl), mengakibatkan disekitar danau hawanya terasa sangat sejuk khas daerah pegunungan. Danau ini merupan salah satu dari lima 5 danau alami di Lempur yakni Danau Kaco, Danau Lingkat, Danau Kecik, Danau Duo dan Danau Nyalo. Untuk sampai di Danau Lingkat diperlukan waktu sekitar 15 menit dari Desa Lempur atau 1 jam dari Sungai Penuh yang dapat ditempuh menggunakan kendaraan motor maupun mobil.
Hijaunya air danau dan pantulan warna dari pepohonan kayu manis (cassiavera) yang mengelilingi Danau Lingkat ini menciptakan pesona tersendiri. Kerinci memang dikenal sebagai penghasil Kayu Manis yang telah terkenal ke manca negara. Air danau yang hijau sebenarnya berwarna jernih, tapi karna banyaknya ganggang berwarna hijau menyebabkan air danau seolah-olah hijau dan merefleksikan pepohonan yang ada disekitarnya. Dengan dikelilingi bukit dan hutan yang masih alami, suasana disini masih sangat asri, hal lain yang menarik di danau ini, yakni masih dapat didengar suara binatang seperti siamang, burung dan yang lainnya ketika matahari mulai bersinar.
Pada salah satu pojok danau, persisnya diujung sebelah kanan, dipercaya oeh masyarakat sekitar sebagai tempat pemandian tujuh putri dewa penguasa danau. Waktu putri-putri itu mandi bisa diketahui dengan memekarnya bunga disekitar tempat pemandian pada saat-saat tertentu. Menariknya, bila mekar bunga itu mengeluarkan aroma yang sangat wangi. Pada seberang danau ini juga, terdapat sebuah batu besar. Uniknya, warna batu tersebut berbelang-belang, sehingga batu itu kemudian dinamakan “batu belang”. Konon kabar menurut masyarakat setempat, batu itu merupakan tempat dewa “belimau”, atau mandi membersihkan diri dengan ramuan khas tradisional. Batu tersebut masih ada sampai sekarang.
Taujambi, 2016
Malam harinya seorang tokoh adat kampung Selampaung bermimpi. Beliau diberitahu bahwa si gadis dibawa oleh “orang gunung”, makhluk halus penghuni danau. Lantaran masih penasaran, keesokan hari warga kembali melakukan pencarian di danau. Air danau ditimba beramai-ramai menggunakan rantang, namun si gadis tetap saja tidak ketemu. Orangtua si gadis yang tidak diketahui namanya sampai kini itu akhirnya pasrah pada keadaan anaknya tidak ditemukan. Masyarakat setempat kemudian bersumpah tidak akan memakai perahu lagi di Danau Lingkat. Bahkan beberapa tokoh masyarakat kampung melarang warganya mengunjungi danau itu. Hal itu terjadi hingga beratus-ratus tahun.
Kemudian entah siapa yang memulai, di awal tahun 80-an masyarakat Lempur dan sekitarnya, termasuk Selampaung, mulai berani datang ke Danau Lingkat. Sesuai sumpah para leluhurnya, hingga saat ini masyarakat sekitar danau tidak berani berperahu di Danau Lingkat. Untuk sekedar bermain di danau warga menggunakan rakit bambu. Warga setempat juga mengingatkan pengunjung danau agar tidak bicara sombong, takabur dan selalu menjaga sopan santun. “Asal tidak takabur, tidak apa-apa berakit di danau ini,” kata masyarakat sekitar.
Source:
Taujambi
Piadetra, Evelyn, 2012
HW.Pamungkas, 2016